Menemukan Makna Dari Penderitaan di Auschwitz. Review Buku Man’s Search For Meaning oleh Viktor E. Frankl
Buku ini telah diterbitkan dalam 49 bahasa dan 190 edisi. Ditulis oleh Viktor E. Frankl merupakan seorang neurolog dan psikiater terkemuka di Eropa. Beliau dikenal melalui teori logoterapinya. Kata logos berasal dari Bahasa Yunani yang berarti makna, sehingga Frankl menjelaskan bahwa logoterapi memusatkan perhatian pada makna hidup dan pada upaya manusia untuk mencari makna tersebut.
"Hiduplah
seakan-akan Anda sedang menjalani hidup untuk kedua kalinya dan hiduplah
seakan-akan Anda sedang bersiap-siap untuk melakukan tindakan yang salah untuk
pertama kalinya"
Pada
perang dunia ke II antara tahun 1942-1945, Frankl menjadi tawanan Nazi yang
ditahan di empat kamp konsentrasi berbeda, diantaranya Auschwitz. Dimana dia menempati
kamp terpisah dari anggota keluarganya yang lain yang pada akhir buku diketahui
telah meninggal selama menjadi tawanan, kedua orang tuanya, saudara laki-laki,
serta istrinya yang sedang hamil.
"Segala
sesuatu yang tidak membunuh saya, membuat saya jadi lebih kuat"
Untuk
versi Bahasa Indonesia, buku setebal 233 halaman ini hanya terbagi menjadi 2
bab yaitu Pengalaman di Kamp Konsentrasi dan Logoterapi Secara Ringkas.
Pada
bab pertama, Pengalaman di Kamp Konsentrasi, penulis mengajak kita melihat apa
yang dialami penulis selama ditawan di sana. Mulai bagaimana para tawanan masuk
kamp diharuskan masuk tanpa identitas serta tanpa membawa satu pun dokumen dan
harta yang dimiliki, bagaimana para tawanan diharuskan bekerja rodi sepanjang
waktu, akses makan dan kebutuhan dasar yang sangat kurang terpenuhi, berbagai
tekanan psikologis, mengahadapi wabah yang terjadi di kamp, dan tentu yang
paling melegenda terror siapa selanjutnya yang akan massuk ke kamar gas. Selama
kehidupan di kamp inilah Frankl mengamati hanya tawanan yang memiliki sebuah alasan
serta keinginan hiduplah yang akan terus dapat bertahan.
"Tidak
perlu untuk menangis, karena air mata merupakan saksi dari keberanian manusia
yang paling besar, yaitu keberanian untuk menderita"
Jujur
saya sulit berhenti selama membaca bab pertama setebal 140an halaman ini. Saya merasa
larut dalam narasi yang disampaikan penulis tentang realita kehidupan di kamp
konsentrasi yang jelas berbeda dengan kehidupan saya saat ini dan disini, kehidupan
yang sangat sulit saya bayangkan terjadi dan perlu dihadapi.
"Dia
yang punya alasan mengapa harus hidup akan mampu menanggung segala bentuk
bagaimana caranya hidup"
Sedangkan
pada bab kedua, Logoterapi Secara Ringkas, penulis menjabarkan secara rinci
tentang logoterapi. Pada bab ini penulis cukup banyak menggunakan diksi ilmiah
sehingga sedikit sulit dipahami, namun dengan membacanya berulang saya dapat
memahami argumen-argumen penulis.
"Tidak
ada satu kekuatan pun di bumi ini yang bisa merampas darimu pengalaman hidup
yang sudah kamu jalani"
"Kehidupan
yang maknanya tergantung dari keadaan tertentu pada dasarnya bukan kehidupan
yang layak dijalani"
Highlight
dalam buku ini yang menurut saya coba disampaikan kepada pembaca adalah bahwa
meskipun kita tidak dapat menghindari setiap penderitaan, namun kita selalu
memiliki kesempatan untuk memilih bagaimana mengatasinya, menemukan makna dalam
penderitaan, dan melangkah maju dengan tujuan baru.
"Kekuatan
di luar kendalimu dapat merampas segala milikmu kecuali satu hal, kebebasanmu
untuk memilih caramu menanggapi sesuatu"
"Apa
pun bisa dirampas dari manusia, kecuali satu kebebasan terakhir seorang manusia
- kebebasan untuk menentukan sikap dalam setiap keadaan, kebebasan untuk
memilih jalannya sendiri"
Sangat
menegangkan membayangkan saat kita dihadapkan pada sebuah kontras diantara menjadi
tawanan dengan segala tekanan fisik maupun psikis namun tetap perlu mempertahankan
keinginan dan alasan untuk tetap hidup. Namun jika berusaha melihat dari
perspektif yang lebih luas, bagi saya pesan tentang menghadapi penderitaan
tidak hanya terbatas pada tawanan di kamp konsentrasi, namun juga pada
kesulitan-kesulitan yang kita hadapi sehari-hari.
"Pernah
mengalami merupakan bentuk kehidupan yg paling nyata"
Menurut
saya buku ini menjadi salah satu buku yang perlu dibaca paling tidak sekali
seumur hidup, terdapat banyak detail kejadian yang saya yakin akan memperluas
perspekti kita.
"Manusia
bukan berusaha mencari kebahagiaan, melainkan mencari alasan untuk menjadi
bahagia"
Bagaimana siap turut membaca buku ini?
Link untuk intip dimana aku beli buku rekomen yang selalu aku buat reviewnya, bisa cek di msha.ke/riankusumaa/
Comments
Post a Comment