Review Buku Into The Magic Shop Oleh James R. Doty

 

First at all, saya ingin berterimakasih kepada BTS. Jujur alasan pertama membaca buku ini adalah penasaran dengan buku yang menjadi inspirasi lagu karya mereka, Magic Shop. Namun buku ini benar-benar beyond my expectation. Banyak sekal insight baru yang saya dapat. Thanks BTS.

Buku ini menceritakan perjalanan hidup penulis, terutama menyoroti kehidupan masa kecilnya beserta magic trick yang ia pelajari sehingga membawa dan membentuknya menjadi pribadi sekarang. Mungkin terkesan plot yang simpel, namun yang menarik menurut saya adalah penulis juga turut menambahkan hasil-hasil jurnal penelitian terkait terutama penelitian mengenai neuro-brain system. Menarik.

“Others can create your reality only if you don’t create it yourself.”

Cerita bermula di Lancaster-California pada tahun 1968 saat Jim bertemu dengan Ruth seorang perempuan paruh baya yang sedang menjaga Cactus Rabbit Magic Shop milik Niel-anaknya. Awalnya Jim hanya berniat membeli properti sulapnya yang hilang, namun berakhir dengan ketertarikannya pada Ruth. Bagi Jim, Ruth menjadi satu-satunya orang dewasa yang menatap matanya saat mereka berbicara dan menanyakan pendapatnya saat sedang berdiskusi. Jim merasakan kehangatan dalam interaksi awal mereka.

Singkat cerita Ruth menawarkan mengajari Jim sebuah magic trick yang menurutnya tidak dapat dipelajari dan dibeli di toko manapun. Awalnya Jim ragu namun akhirnya Jim menyetujuinya.

Jim datang ke Cactus Rabbit Magic Shop setiap hari untuk belajar magic trick yang dijanjikan Ruth selama enam minggu. Magic trick ini bukan seperti apa yang dibayangkan Jim. Ruth nyatanya mengajarkan Jim trik untuk melakukan body relaxed, focusing the mind, opening heart, dan clarifying into your intent. Dalam buku ini dijelaskan setiap langkah untuk berlatih setiap trik. *Saya juga ikut mempraktekkan. Namun jujur focusing the mind bukan hal yang mudah karena pikiran masih suka menerawang ke belakang dan ke depan. Tapi sepertinya trik ini worth it untuk dipelajari. Mari tetap belajar J

“No. You are not the voice in your head. You, the real you, is the person who is listening to the deejay.”

Setelah dengan rutin mempraktekkan magic trick yang diajarkan Ruth setiap hari kehidupan  Jim perlahan membaik. Jim dahulu merupakan anak dari keluarga miskin dengan ayahnya alkoholik dan tidak memiliki pekerjaan tetap sedangkan ibunya sakit-sakitan yang membuatnya nyaris selalu ditempat tidur sehingga membuatnya memiliki gejala depresi. Satu persatu 10 wishlist yang Jim tulis saat belajar clarifying into your intent bersama Ruth beberapa tahun lalu telah tercapai termasuk menjadi dokter.

Namun itu bukanlah akhir. Jim perlahan tidak rutin mempraktekan magic trick dan mulai lupa untuk opening heart yang membuatnya mengalami proses jatuh. Apakah Jim akan bisa bangkit lagi? Apakah Jim akan tetap menerapkan magic trick yang diajarkan Ruth? Baca selengkapnya sendiri ya J

“When our hearts are wounded that’s when they open. We grow through pain. We grow through difficult situations. That’s why you have to embrace each and every difficult thing in your life.”

Btw saat ini penulis merupakan seorang professor Neurosurgery di Stanford University serta pendiri dan ketua Center for Compassion and Alturism Research and Education (CCARE). Melalui CCARE Jim secara pribadi ingin mengetahui bagaimana magic trick yang terkesan simpel yang pernah diajarkan Ruth berpuluh tahun sebelumnya benar-benar dapat merubah hidupnya dipandang dari kacamata ilmiah kedokteran saat ini. Selain itu penulis bersama tim ingin menjadikan CCARE pelopor penelitian dibidang compassion dan alturism, mengajak serta menginspirasi masyarakat luas menerapkan nilai-nilai compassion dan alturism dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut pendapat saya pribadi awal hingga tengah cerita sangat menarik. Saya sangat menikmati dan sangat susah untuk berhenti membaca wkwk. Namun menurut saya pada bagian akhir memiliki alur cerita sedikit terlalu lambat tapi yang makna yang diberikan tetap mendalam. Aku beri 4.6 dari 5.

“It’s easy to connect the dots of a life in retrospect, but much harder to trust the dots will connect together and form a beautiful picture when you’re in the messiness of living a life.”

Satu pelajaran penting yang saya rasa dapat saya petik dari buku ini adalah siapa kita nanti bukan didasari siapa kita hari ini namun apa yang kita lakukan hari ini. Jangan pernah lelah berbuat baik karena kita tidak tahu apa, kapan, dan bagaimana hadiah baik datang pada kita J


Link untuk intip dimana aku beli buku rekomen yang selalu aku buat reviewnya, bisa cek di msha.ke/riankusumaa/ 

Comments

Popular posts from this blog

Review Buku The Psychology of Money oleh Morgan Housel

Betapa Kita Begitu Dicintai, Review Buku Secret of Divine Love oleh A. Helwa