Perempuan Dan Kesehatan Mental
Banyak pendapat menyatakan perempuan lebih beresiko mengalami masalah kesehatan mental karena pengaruh hormon ataupun perempuan yang dianggap lebih ‘emosional’. Faktanya berdasarkan beberapa penelitian yang dirangkum psychologytoday.com, memang terdapat perbedaan kadar beberapa hormon pada perempuan dan laki-laki. Namun penelitian tersebut menunjukkan baik perempuan maupun laki-laki sebenarnya memiliki hormon yang sama dalam aliran darah mereka namun dengan jumlah yang berbeda dipengaruhi usia, kondisi kesehatan serta berbagi faktor lain. Perbedaan ini yang diduga dapat bereperan dalam kondisi kesehatan mental seseorang. Misalnya, perempuan diketahui menghasilkan jumlah serotonin yang lebih rendah daripada laki-laki, dimana kekurangan serotonin yang berperan mengatur suasana hati dihubungan dengan kondisi depresi dan kecemasan.
Perempuan, kehamilan dan persalinan
Kehamilan dan persalinan menjadi salah satu periode penting bagi sebagian perempuan. Namun periode tersebut juga dihubungkan dengan kondidi gangguan kesehatan mental. Menurut laporan mentalhealth.org.uk depresi terjadi pada 8%-15% perempuan setelah proses persalinan. Periode kehamilan dan proses persalinan juga menjadi periode dimana perempuan memiliki kecenderungan mengalami perubahan suasana hati ekstrim yang beresiko berkembang menjadi gangguan kesehatan mental apabila tidak tertangani dengan bijak. Periode kehamilan dihubungan dengan perubahan suasana hati sehubungan dengan adanya perubahan citra tubuh sehubungan dengan peningkatan berat badan serta perubahan hormon yang menjadikan perempuan lebih sensitif. Sedangkan setelah proses persalinan, perubahan suasana hati perempuan dapat dihubungkan karena proses adaptasi peran baru sebagai ibu yang rentan menyebabkan kelelahan serta citra tubuh yang tidak terbangun dengan baik sehubungan dengan waktu yang diperlukan tubuh untuk kembali seperti semula
Perempuan dan Kekerasan
Menurut laporan WHO berjudul Gender and Women’s Mental Health beberapa faktor risiko yang meningkatkan potensi masalah kesehatan mental pada perempuan diantaranya kekerasan berbasis gender, rendahnya pendapatan atau ketidaksetaraan pendapatan hingga tanggung jawab untuk merawat orang lain. Kekerasan yang dialami perempuan baik secara fisik, psikis hingga seksual akan meningkatakan potensi perempuan mengalami Post Traumatic Syndrome Disorder (PTSD). Masih menurut laporan WHO, setidaknya satu dari lima wanita pernah mengalami pemerkosaan atau percobaan perkosaan dan pravalensi kekerasan yang dialami perempuan berkisar 16%-50%. Kondisi ini diperparah dengan kondisi perawatan pasca trauma yang tidak memadai atau tidak sensitif, sebagai contoh beberapa perempuan yang melaporkan malah disalahkan saat mengalami pemerkosaan. Selain itu mayoritas perempuan memiliki beberapa peran sekaligus dalam satu waktu seperti ibu yang mengasuh anak dan memasak untuk keluarga, istri dan ibu yang juga menjadi tulang punggung keluarga, kondisi ini akan menyebabkan peningkatan angka kecemasan dan depresi pada perempuan.
Apa yang dapat kita lakukan? Memberikan dukungan baik dari lingkungan sosial, keluarga, teman, sahabat hingga pertolongan tenaga kesehatan untuk membantu pulih dari masalah kesehatan mental.
Selain
itu terdapat beberapa kegiatan juga telah diketahui menjaga kesehatan mental
seperti tidur yang cukup, rutin melakukan aktivitas fisik, konsumsi makanan
bergizi seimbang, terlibat dalam kegiatan di komunitas ataupun kegiatan sosial
hingga rutin memeriksakan diri di pelayanan kesehatan.
Tulisan ini sudah pernah saya publikasikan dengan judul 'Kesehatan Mental Mempengaruhi Perempuan Secara Berbeda? Ini Faktanya' di brilio.net pada 11 Agustus 2020
Sumber :
https://www.mentalhealth.org.uk/a-to-z/w/women-and-mental-health
https://www.who.int/mental_health/prevention/genderwomen/en/
Comments
Post a Comment