Quarter Life Crisis : Pertanyaan dan Keraguan
“Engkau semuda keyakinanmu, setua keraguanmu. Semuda kepercayaanmu dirimu, setua ketakutanmu. Semuda harapanmu, setua keputusasaanmu. Usia dapat mengerutkan kulit, namun mengabaikan antusiasme akan mengerutkan jiwa” - Dale Carneige
Permasalahan ini sebenernya recently
tengah aku rasain, udah ada niat menulis masalah ini sekitar sebulan yang lalu,
tapi rasanya emosi masih naik turun, pertanyaan di otak silih berganti begitu
cepat. Hingga akhirnya hari ini aku merasa lebih siap buat ngomongin masalah
yang lumayan berat ini. Yap ! It’s about quarter life crisis.
Quarter life crisis bukan hal yang
langka terjadi di kalangan usia 20an. Quarter life crisis banyak didefinisikan
sebagai krisis emosional yang dimanifestasikan sebagai perasaan ragu terhadap
diri sendiri, tidak cukup, cemas, tidak termotivasi, takut gagal, bingung
hingga perasaan sedih tanpa penyebab yang jelas. Menurut Dr. Oliver Robinson
seorang Psikolog di Greenwich University terdapat empat fase dari quarter life
crisis. Pertama, munculnya sebuah perasaan terjebak baik dalam situasi
pekerjaan ataupun kehidupan sosial. Kedua, munculnya sebuah gagasan bahwa
perubahan mungkin terjadi. Ketiga, membangun periode kehidupan baru. Dan yang
terakhir adalah fase dimana seorang telah berusaha mengukuhkan sebuah komitmen
terbarunya terhadap ketertarikan, aspirasi dan nilai-nilai yang dianut.
Pada usia 20an ini kita dihadapkan pada
idealisme masa muda dan realita. Dulu kita mungkin memikirkan pada usia 23 akan
menikah dan memiliki karir yang cemerlang. Nyatanya, saat usia 23 tahun
terlewat kita masih belum menikah, belum memiliki karir yang cemerlang bahkan
merasa tidak nyaman dengan lingkungan kerja sekarang. Muncullah pertanyaan apa
yang sebenarnya saya ingin saya lakukan dari hidup ini? Apa kelebihan yang saya
miliki? Apa yang harus saya lakukan kedepannya? Atau bahkan sebuah keraguan kenapa
segalanya tidak sesuai harapan saya, bisakah saya mencapai keinginan saya
nantinya?
Untuk kita yang sedang berada di usia
20an permasalahan mengenai percintaan dan pekerjaan mungkin menjadi
permasalahan yang sering menjadi pertanyaan dan keraguan kita.
Saat teman saya sudah banyak yang menikah bahkan sudah cukup banyak yang
memiliki anak. Lantas akan timbul pertanyaan :
§ Kapan
kekasih saya akan melamar saya?
§ Kapan
kami siap untuk menikah?
§ Kapan
saya akan bertemu jodoh saya?
Teman saya sudah mendapatkan pekerjaan
yang menghasilkan cukup uang untuk seusia kita. Atau teman saya sudah menemukan
pekerjaan yang menjadi passionnya, dia tampak sangat menikmati pekerjaannya. Timbul
pertanyaan pada diri sendiri:
§ Kapan
saya mendapatkan pekerjaan?
§ Kapan
saya memperoleh pekerjaan seperti mereka?
§ Apakah
pekerjaan saya ini menjadi sesutu yang menjanjikan kedepannya?
§ Saya
memiliki gaji yang cukup namun lingkungan kerja tidak mendukung bahkan membuat
saya tidak nyaman, haruskah saya resign?
§ Apakah
saya perlu resign dan mencari pekerjaan yang mendapatkan cukup uang meskipun
tidak sesuai passion?
§ Apakah
saya perlu resign dan mencari pekerjaan yang sesuai passion saya, yang membuat
saya selalu merasa bahagia mengerjakannya meskipun tidak menghasilkan cukup
uang?
Teman saya sedang melanjutkan studi
S2nya. Timbul pertanyaan keraguan :
§ Perlukah
saya juga melanjutkan studi saya?
§ Akankah
melanjutkan studi nantinya mempengaruhi karir saya?
§ Akankah
melanjutkan studi nantinya mempengaruhi jodoh saya?
§ Saat
saya melanjutkan studi dan semua teman saya sudah muali menapaki karir mereka,
apakah tidak masalah bagi saya?
Lalu apa yang seharusnya saya lakukan
saat menghadapi quarter life crisis?
1. Kenali
diri
Tenagkan
diri. Lihat lebih dalam kepada diri kita, apa sebenarnya tujuan hidup yang kita
inginkan. Tulis tujuan itu. Lalu tulis tujuan tersebut menjadi poin-poin kerja
yang perlu kita lakukan dalam kurun waktu tertentu. Misal apa yang perlu kita
lakukan dalam satu tahun ini, tiga tahun kedepan, lima tahun kedepan bahkan
sepuluh tahun kedepan untuk mewujudkan tujuan kita,
2. Jangan
memendam sendiri
Sebagai
makhluk sosial kita memerlukan interaksi dan bantuan orang lain tidak
terkecuali untuk mengatasi quarter life crisi ini. Kita dapat menceritakan
perasaan kita dan meminta pendapat mereka terhadap permasalahan tersebut. Namun
yang perlu diperhatikan adalah keputusan terakhir tetaplah menjadi tanggung
jawab kita, karena kita yang paling tau apa yang terbaik bagi kita.
3. Berhenti
membandingkan diri sendiri dengan orang lain
Membandingkan
diri sendiri bagi millenial terutama saat kita bersocial media. Melihat teman
yang sudah menikah, melihat teman yang selalu travelling, atau melihat teman
yang terlihat produktif menimbulkan keraguan, pertanyaan serta kesedihan itu
muncul. Jadi yuk kita mulai bijak menggunakan social media kita agar menjadikan
diri kita menjadi lebih percaya dan menghargai diri kita sendiri bukan
sebaliknya.
4. Coba hobi maupun aktivitas baru
Lakukan
berbagi hal, hobi ataupun aktivitas baru. Hal ini selain akan membuat perasaan
lebih baik tentunya akan memberikan sensasi atau perspektif baru yang mungkin
akan membuat kita sadar bahwa kita memiliki passion disana.
Jujur saya sendiri masih memiliki
beberapa pertanyaan yang belum terjawab. Tapi untuk semua pertanyaan yang telah
saya jawab, saya menjawabnya “its okay kalau aku belum... mari kita berusaha
untuk.....” atau “its okay kalau saya
ragu........mari kita coba melakukan.....jika tidak berhasil tak apa, kita coba
untuk..........”. Apapun keraguan dan pertanyaan yang hadir
di quarter life crisis kita, yuk kita selesaikan dnegan tetap memandang positif
diri kita sendiri. Kita kuat, kita luar biasa, kita akan ada pada titik yang
sedang kita usahakan. Semangat !
Comments
Post a Comment